Blockchain memiliki berbagai macam use case, dan pengembangan token kripto serta ekosistem Sweat Economy (SWEAT) membuktikan bahwa hal ini benar adanya. Sejauh ini, aplikasi Sweatcoin Sweat Economy yang terkenal telah mengumpulkan jutaan pengguna dari berbagai negara.
Apa Itu Sweat Economy?
Sweat Economy, yang sebelumnya dikenal sebagai Sweat Coin, telah mengalami perubahan nama untuk menyelaraskan dengan visi dan pertumbuhannya yang luar biasa. Native token proyek ini, SWEAT, diambil dari nama proyek ini dari tujuan dan misi utamanya. Sweat Economy bertujuan untuk memerangi jejak karbon dalam skala global dan memberikan insentif kepada pengguna yang memiliki tujuan yang sama.
Tim Sweat Economy
Tim Sweat Economy terdiri dari para profesional yang memiliki keahlian yang beragam dalam proyek ini. Co-founder Leg Fomenko, yang berasal dari Rusia, memiliki banyak pengalaman bekerja di perusahaan-perusahaan ternama seperti Coca-Cola dan Visa. Co-founder lainnya, Anton Derlyatka, memiliki gelar MBA dari London Business School dan telah meningkatkan pengetahuannya melalui Program Eksekutif di Stanford Business School dan UC Berkeley.
Egor Khmelev, yang juga merupakan co-founder, adalah CTO Sweat Economy. Dengan latar belakang di bidang pengembangan dan gelar di bidang Ilmu Komputer dari University of London, Khmelev telah memimpin perusahaan rintisan yang sukses di Moskow sebelum bergabung dengan Sweat Economy. Henry Child, CCO Sweat Economy, memulai karirnya di bidang keuangan tradisional, bekerja di sebuah hedge fund, sebelum beralih ke industri teknologi dan kripto. Dia pernah memiliki posisi di perusahaan kripto Bitfinex dan Tether dan juga pernah bekerja di kantor pusat Deliveroo.
Bagaimana Cara Kerja Sweat Economy?
Sweat Economy beroperasi dalam paradigma Web3, dengan aplikasi andalannya, Sweatcoin, diluncurkan pada tahun 2016 dan kemudian diintegrasikan ke dalam ekosistem Web3. Aplikasi ini memberi insentif kepada pengguna untuk terlibat dalam aktivitas kebugaran fisik dengan memberi mereka poin untuk setiap langkah yang mereka lakukan atau jogging yang mereka selesaikan.
Setelah beberapa tahun pengembangan aplikasi, tim Sweat Economy secara kolektif memutuskan untuk memperkenalkan konversi reward dalam aplikasi ke dalam aset kripto native mereka. Integrasi dengan teknologi Web3 ini berkontribusi pada peningkatan basis pengguna, dengan Sweat Economy mengalami volume pengguna tertinggi pada tahun 2022.
Tokenomics SWEAT
Token SWEAT saat ini memiliki pasokan yang beredar sebanyak 4.808.026.671 token dari total pasokan 22.527.508.507 token.
Use Case SWEAT
SWEAT berfungsi sebagai reward bagi pengguna aplikasi Sweat Economy, memberi insentif pada aktivitas fisik dan memberikan reward kripto. Nilai SWEAT saat ini menentukan nilai reward.
Selain itu, sebagai token berbasis Ethereum, SWEAT bisa digunakan untuk staking dan didukung oleh protokol staking seperti OKX Earn. Selain itu, SWEAT berfungsi sebagai token tata kelola, memberikan pemiliknya kemampuan untuk membuat keputusan yang bermanfaat bagi ekosistem.
Apa Perbedaan SWEAT dengan STEPN?
SWEAT dan STEPN (GMT) diluncurkan pada tahun 2022, tetapi Sweat Economy telah aktif sejak tahun 2016, membangun ekosistemnya secara off-chain sebelum beralih ke model on-chain. Manakala SWEAT berfokus pada pemberian insentif untuk aktivitas fisik dan mengurangi jejak karbon, STEPN adalah proyek move-to-earn yang menonjol dalam industri kripto.
Masa Depan Sweat Economy
Sweat Economy memiliki rencana menarik untuk masa depan, termasuk peluncuran game Web3 yang akan melengkapi ekosistemnya yang sedang berkembang. Game ini akan menjalani pengujian beta secara menyeluruh sebelum dirilis di mainnet. Pengguna bisa bersaing dan mendapatkan token SWEAT dengan menyelesaikan tugas-tugas dengan kompetisi langkah nyata dan virtual. Non-fungible token (NFT) dalam game akan meningkatkan kompetisi langkah virtual, menambahkan lapisan keterlibatan dan reward lain bagi para peserta.